Rabu, 09 Februari 2011

Mubarak Menghitung Hari



VIVAnews –Mereka menyebut hari itu sebagai “Hari Hengkang”. Pada Jumat 4 Februari 2011, ratusan ribu warga Mesir tumpah di Lapangan Tahrir. Itu adalah hari kesepuluh massa menduduki alun-alun jembar di jantung kota Kairo itu.

Persis tengah hari, setelah salat Jumat, ratusan ribu suara berteriak kembali menuntut Presiden Mesir Hosni Mubarak turun. Orang-orang mengalir di Lapangan Tahrir, menjadikan tempat itu bak titik yang menyerap gelombang raksasa massa. Begitu salat usai, teriakan khas “Irhal (hengkang)” kembali bergema. “Tak ada negosiasi, sebelum dia hengkang”, massa berteriak.

Seorang alim, berjubah putih, berpidato lewat pengeras suara. Dia Mohamad Salim Al-Awwa, pemimpin salat Jumat di Lapangan Tahrir itu. “Berpuluh tahun kita bermimpi tentang lautan massa datang ke sini untuk berbicara,” ujar ulama moderat itu seperti dilaporkan oleh Time.com, Jumat 4 Februari. “Saya minta kalian semua kuat, tetap di sini sampai jalan keluar itu ada,” ujarnya. Massa menyambutnya dengan teriakan histeris.

Mesir kini seperti terkena radang. Suhu politik meningkat tajam. Tapi Mubarak tetap keras kepala. Sehari sebelumnya dia menolak mundur. Setidaknya sampai September, begitu kata Mubarak. Maksudnya, bulan itu sesuai jatuh tempo Pemilu bagi Mesir. Untuk menghibur massa, Mubarak menyatakan dia sudah muak untuk berkuasa lagi.

Saat tampil di televisi pekan lalu, lelaki 82 tahun tampak lesu. Tapi matanya masih tajam memandang kamera. Di luar, setelah pidato “keras kepala” itu kelar, para pendukungnya bergerak. Ada yang menenteng senjata tajam, batu dan tongkat besi. Bentrokan pun pecah, antara pro dan anti sang presiden, Kamis 3 Februari.

Untunglah, pada esoknya militer menggelar razia. Setiap orang yang hendak ke Lapangan Tahrir digeledah. Senjata, batu, dan bom molotov dilarang.

Hanya dalam dua pekan, kehormatan Hosni Mubarak digugat rakyat. Dia mendadak menjadi orang paling dibenci di Mesir. Tapi hingga dua pekan demontrasi mengguncang Kairo, dan kota lain di Mesir, Mubarak seperti tak hendak beranjak.

Dunia mungkin melihat seorang penguasa yang pongah. Tapi Mubarak bukanlah penguasa tak bertaji. Dia bekas pilot pesawat tempur, dengan ketenangan yang sangat mengagumkan. Berkuasa lebih dari 30 tahun, tentu memberinya banyak pelajaran penting.

Diberondong peluru

Tidak ada komentar: