
VIVAnews - Setelah lama redup, isu reshuffle kabinet kembali bertiup. Suara soal ini sekarang kencang bertiup dari kandang banteng.
Senin, 7 Februari 2011, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Tjahjo Kumolo mengatakan situasi sudah mendesak bagi Presiden Yudhoyono untuk segera merombak kabinetnya. Penyebabnya, "banyak kebijakan pemerintah melalui menteri-menterinya yang tidak pro rakyat."
Pernyataan Tjahjo merupakan penegasan dari pernyataan dia sebelumnya di Bali. Tak kepalang tanggung, dia menilai setidaknya ada 10 menteri yang layak diganti karena kinerjanya jauh dari harapan. Tjahjo bahkan menunjuk hidung. Menurut dia, salah satu yang pantas diganti adalah Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi.
Tapi, Tjahjo lalu buru-buru menegaskan bahwa reshuffle kabinet merupakan hak prerogratif presiden. Soal ini juga tak ada hubungannya dengan kepentingan partainya untuk merebut kursi kabinet. PDIP, kata Tjahjo, saat ini sudah berkomitmen berada di luar pemerintahan.
"Mau reshuffle atau tidak kan haknya presiden. PDI Perjuangan tidak pada posisi berkepentinggan," ujarnya. "Kalau tidak ada reshuffle, kasihan rakyat Indonesia dan yang rugi Presiden sendiri."
Yang menarik, gebrakan Tjahjo itu diamini Ketua Departemen Pertimbangan Pusat PDI Perjuangan, Taufiq Kiemas. Menurut Taufiq, pernyataan tersebut wajar. "Mas Tjahjo sebagai Ketua Fraksi dan sering ketemu menteri ya bisa menilai," katanya.
Tak urung, manuver ini sontak memunculkan spekulasi bahwa PDIP bakal segera berputar haluan dan masuk koalisi pemerintahan SBY-Boediono. Benarkah?
Taufiq membantah. Menurut dia, partainya menjaga hubungan baik dengan semua partai, tidak hanya Demokrat. "Kalau romantis, semua orang romantis. Setiap partai juga romantis. Kalau tak romantis, bukan partai Indonesia," ujarnya, setengah berkelakar. "Saya tidak pernah dengar Partai Golkar, Demokrat, PDIP tidak romantis."
Tak cuma itu, Taufiq bahkan memberikan sinyal yang terang ke arah itu. "Kan tidak apa-apa kalau simpatisan masuk. Simpatisan boleh masuk. Siapa yang melarang?" katanya.
Ia juga menegaskan bahwa hubungan itu akan dilakukan secara terbuka. "Saya sih ketemu terus dengan Pak SBY, tak mungkin back street. Sama-sama satu bangsa kok back street," ujar Taufiq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar