Senin, 05 Mei 2008

Belajar (lanjutan orang tuaku)

Sebetulnya ada banyak perguruan tinggi di dekat daerah saya terutama Semarang dan Yogyakarta, tapi karena waktu itu saya lebih dekat dengan teman-teman saya yang dari Madrasah sehingga saya cenderung ke Jawa Timur karena kakak-kakak senior saya yang dari madrasah banyak yang ke Lirboyo sama UIT Kediri dan kebetulan orang tua saya juga mengijinkan.

Ketika saya kuliah berjalan mengalir aja. Setiap hari berangkat ke kampus siangnya pulang dengan jalan kaki.

Untuk mengisi waktu luang saya mulai tertarik kegiatan kemahasiswaan baik intra maupun extra kampus.

Awal masuk kegiatan intra kampus saya hanya pupuk bawang untuk masuk organisasi Ikatan Keluarga Mahasiswa (IKM) semacam BEM sekarang, di Departemen Penerangan yang tugasnya ngurusi mading sampai bulletin kampus. Sedang di extra kampus saya aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mulai dari pengurus Rayon, kemudian Komisariat sampai pengurus Cabang sebagai Sekretaris Umum.

Seperti gambar foto diatas ketika saya memoderatori stadium general di kampus. Saat itu saya sedang menjadi Sekretaris Umum PMII Cabang Kediri.

Ketika awal mengikuti PMII saat itu Ketua Umum PB PMII adalah sahabat Surya Dharma Ali (Sekarang menteri UMKM) setelah itu dilanjutkan sahabat Iqbal Assegaf (Alm) akhirnya pelaksana tugas dipegang sahabat Endin AJ Shofihara sampai pada tahun 1990an diadakan kongres PB PMII di Jakarta.

Ada sejumlah kandidat waktu itu diantarnya sahabat Ali Masykur Musa, sahabat M. Fajrul Falakh, sahabat Effendi Choiri dan akhirnya Ketua PB PMII terpilih adalah sahabat Ali Masykur Musa. Ketika itu sahabati Khofifah Indar Parawangsa juga aktif di Korp PMII Putri (Kopri).

Tanpa terasa kuliah saya berjalan sekitar empat tahunan, tapi saya tidak bisa mendapat IP yang bagus. Saat itu musimnya UNC (Ujian Negara Cicilan) karena kampus kami swasta dan untuk awal pemberlakuan SKS sehingga semua soal ujian dan penilaian langsung dari Surabaya. Jadi hidup matinya nilai perkuliahan apa kata KOPERTAIS (Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta yaitu IAIN Surabaya).

Tapi ndak apa-apa, masalah nilai itu cuma urusan formalitas. Dan itu memang sisi penting tapi bukan yang terpenting cuma achievement dalam bentuk angka dari hard skill. Tapi sebetulnya ada yang tidak kalah penting yaitu soft skill kita dalam pembebelajaran yakni: Apakah kita itu sudah bisa merubah perilaku kita dari yang kurang baik menjadi baik atau lebih baik belum? Itulah yang saya sebut soft skill dalam pembelajaran dan itu memang sebuah goal dari pembelajaran.(bersambung)

Tidak ada komentar: